Untuk Sang Tuan

 Aku akan selalu suka menghubungimu saat pagi tiba. Memastikan harimu dimulai dengan satu hal menyenangkan lewat pertanyaan sederhana soal mimpi semalam dan rencana seharian. Lalu berjanji untuk bertukar kabar seperlunya. Bercerita lagi usai petang dan jauh dari lalu lalang. Tentang orang-orang yang kau temui, benda-benda yang kau sapa, bangunan yang kau kagumi, kopi yang kau tumpahkan saking terburu-buru menandaskannya. Tentang sarapan yang nyaris selalu ditarik ke makan siang. Lalu buku yang sudah kau selesaikan, lalu apa yang sedang berbaris dalam daftar segera dituntaskan. Dan lainnya lagi. Seolah ritme berulang, tapi selalu bisa membuatku penasaran. Ceritakan lagi dan lagi. Dengan begitu setidaknya aku tahu, harimu tak ada yang membosankan. Dan kamu bisa bertahan.

Tak tahu akan seberapa lama menekuni ini. Bisa jadi satu waktu kamu akhirnya bosan, aku bosan. Bisa jadi satu waktu perlahan kita mulai melonggarkan sejumlah perjanjian untuk terbuka dan bercerita. Ada alasan-alasan kecil yang membuat telepon pagi kian kehilangan durasi panjangnya. Berkurang juga cerita demi cerita. Kesenangan yang perlahan lesap. Beralih jadi ingatan, pernah ada pagi-pagi yang dinanti dan menyenangkan sekali. Bila saat itu tiba, aku tak akan berubah pada harap, harimu selalu baik. Harimu tak pernah membosankan. Kamu selalu bisa bertahan. Mungkin akulah yang tidak bisa bertahan dan perlahan makin membosankan. Tapi aku akan selalu suka menghubungimu pada satu pagi ketika satu panggilan itu datang lagi, entah siapa yang akan memulai. Dan mungkin kita bisa kembali pada ritme yang sama, untuk durasi yang jauh lebih lama karena fase membosankan itu berhasil kita lalui. Dan kita bisa lebih siap menghadapi fase membosankan bentuk lainnya lagi. Aku akan selalu suka menghubungimu saat pagi tiba.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

'Enak ya punya kakak yang sama-sama di Jepang'

Abu-abu