Masih senin. Dan mendadak saya merasa hari sudah buruk saja

Seberapa jelas kamu menciptakan batas antara dirimu dan orang lain? Antara urusanmu dan orang lain? Ya, orang lain: keluarga, kawan, bahkan orang asing. Menciptakan batas itu perlu sedemikian nyata. Untuk menghargai diri sendiri dan juga yang lain. Dan rasanya penciptaan batas yang cukup jelas, akan memberi ruang saling menghargai. Ketika ada pihak menerabas batas itu, bahayanya bukan orang yang kamu kenal dekat~pun sebaliknya, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan marah?

Lalu, di mana sebetulnya tempat yang tepat mengalamatkan kemarahan? Kepada orang yang menyebabkan kamu marah? Kepada siapa saja yang sekiranya bisa mendengarkan segala ocehan kemarahan? Kemarahan seringnya dilempar tanpa arah.

Katanya orang yang marah biasanya bisa lebih jujur. Menurut saya tidak. Seringnya mereka tidak sedang benar-benar mengucapkan kebenaran. Seringnya, kemarahan itu hanya untuk meluapkan emosi yang sulit dikendalikan. Betapa ketika marah, seseorang akan nyaris tak akan peduli dengan apa dan siapa yang ia hadapi. Ia tidak akan mendengarkan apa pun yang dikatakan lawan bicaranya. Karena memang bukan itu poin utamanya. Kemarahan pada akhirnya hanya tentang dirinya sendiri.

Sehingga hal terbaik yang bisa dilakukan saat menghadapi kemarahan adalah mendiamkannya, mungkin. Ya, memang akan ada yang kesal atau malah menumpuk kemarahan saat mereka didiamkan karena merasa diabaikan. Mungkin begini, menahan diri agar tak ikut terpancing dalam suasana yang diciptakan. Sulit, memang. Paling mudah untuk balik melempar kekesalan saat dimarahi kan? Hal termudah, diamkan lalu simak baik-baik yang ia ucapkan. Atau jika marah melalui pesan tertulis, baca ulang setiap kalimat yang ia tuliskan. Merepetisi pesan yang disampaikan akan memberi jeda bagi kita untuk memikirkan hal apa yang lebih baik kita sampaikan. Pada akhirnya saat ia merasa semuanya sudah keluar, atau setidaknya tak mendapat tambahan amunisi, bahan bakar untuk makin membesarkan kemarahan. Jadilah kain basah, atau setidaknya berjaraklah dengan kemarahan itu. Dan satu hal yang belum beberapa lama ini selalu saya pegang, Kalau marah, mungkin akan menyakiti orang. Ini jadi pengingat kalau rasa marah itu datang. Karena saya sadar, saya begitu mudah menyesal dan menyalahkan diri sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

'Enak ya punya kakak yang sama-sama di Jepang'

Untuk Sang Tuan

Abu-abu