'Enak ya punya kakak yang sama-sama di Jepang'

 Sepertinya baru kemarin kami sibuk merebutkan remot tv, adu argumen dan saling mengadu ke bapak ibu perihal kesalahan satu sama lain. Dewasa ini kami memutuskan untuk keluar dari zona aman dan nyaman yang disebut rumah. Saat ini kami sama-sama tinggal di negara impiannya para wibu. Ya walaupun jarak waktu kami datang kesini cukup jauh, 4 tahun. Tapi semua ucapan kakak mengenai negara ini bisa aku rasakan dalam waktu hampir setahun saja. Susah, capek, sibuknya, mental yg dihajar habis habisan. Pusing menejemen keuangan.

Orang bilang 'enak ya punya kakak yang sama sama tinggal di Jepang'. Kata siapa? Kalimat itu tadi yang ngga bikin enak. Seolah olah semua tercukupi atas keberadaan kakak. Jajan keluar, belanja sandangan, piknik ke kota impian, dibayarin sekolah. Padahal tidak juga, ya agak sedikit tenang dibandingkan harus hidup sendiri disini sih. Saat merancanakan pertemuan, kakak ku harus keluar 45 menit dari apartemennya untuk mendatangi ku. 

   Dari datang sampai saat ini, kebiasaannya yang selalu menanyakan 'masih punya uang ngga?' atau,'uang mu masih berapa?' Membuat perasaan ini sedikit lega kalau saja dompetku yang antik ini kehausan, jadi ada seseorang yang bisa dipinjami uang haha. Pasti orang orang menanyakan lagi 'kok pinjam? Kan sama kakak sendiri?'. Jadi harus ku jelaskan seperti apa lagi ya? Walaupun seharunya, ngga perlu semua pertanyaan dijawab dan dijelaskan. Hanya membuat aku semakin gila saja. Jadi gini, kami terlahir dari keluarga yang biasa biasa saja. Tidak susah dan juga tidak kaya. Bapak dan ibu kami selalu mengajarkan kemandirian dalam hal apapun, termasuk keuangan. Kami memang saudara kandung, tetapi kami pantang bergantung satu sama lain. Kepepetnya kalau ngga punya uang jangan minta, pinjam saja. Saudaramu punya kehidupan sendiri nantinya. Masih bisa gerak sendiri, kerja sendiri, jangan manja. Akhirnya mindset itu tertanam dalam otak dan kebiasaan kami hingga saat ini. Tidak menutupi kebaikannya juga, kakak ku sering memberi ku uang secara cuma cuma. Mengirimkan uang ke ATM ku secara tiba tiba padahal aku tidak minta. Aku selalu mewanti-wanti 'kalau udah ngga punya, nanti ku pinjam'.

   Punya kakak laki laki memang sedikit menguntungkan tapi juga kadang menyusahkan, karena semua hal ia takutkan. Wejangan wejangan yang ia lontarkan rasanya sudah ku hafal karena seringnya ia sampaikan. Kehidupan kami pun lebih mudah, tentang misi membahagiakan kedua orang tua kami. Kami saling jaga dari jarak jauh. Memastikan orang tua kami tidak kehabisan dalam hal finansial. Kami ingin masa tua orang tua kami dirayakan dengan damai dan santai saja. Biarkan kami yang bertempur dengan waktu, sibuknya orang jepang yang menular ke kami secara akut. Merenungi nilai tukar mata uang yang semakin anjlok saja. Dan tidak lupa menabung untuk masa depan kami sendiri. 

   Rasanya sangat memalukan jika harus merepotkan kakak ku secara terus menerus, aku yakin kami bisa secara bergantian dan saling membantu. Tapi yang aku rasakan hingga saat ini, seringnya aku yang merepotkannya. Yah, semoga ia membaca tulisanku ini. Karena secara tatap muka aku terlanjur malu dan gengsi harus mengatakan banyak-banyak terima kasih secara romantis kepada nya. Di bulan kelahiran ku ini aku ingin merayakan semuanya dengan ikhlas saja. Menghentikan 23 tahun hidup menjadi parasit bagi orang lain, mungkin. Serta memulai misi kami dengan lebih gencar lagi.

Bapak ibu kami tercinta <3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Sang Tuan

Abu-abu